Oleh Rifki Saputra Masaa
(Mahasiswa Semester IV Prodi Perbankan Syariah IAIN Fattahul Muluk Papua)
“… ekonomi Indonesia tanpa virus coronapun akan anjlok karena hutang negara yang begitu banyak”
Indonesia merupakan salah satu negara yang kini tengah dihantam wabah penyakit virus corona atau yang biasa disebut Covid-19. Hingga saat ini kasusnya masih terus bertambah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang tengah mewabah saat ini. Diantaranya adalah sosial distancing, Phisycal distancing, PSBB, hingga larangan mudik. Tentu hal ini sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.
Virus corona atau yang disebut Covid-19 merupakan salah satu jenis penyakit yang menyerang pada sistem pernafasan yang mengakibatkan kerusakan pada paru-paru hingga sampai kepada kematian. Hingga saat ini belum ada yang mampu menemukan penawar dari virus ini. Yang dapat dilakukan untuk pencegahan virus ini adalah dengan cara rajin mencuci tangan, tetap menjaga jarak, dan selalu memakai masker saat bepergian.
Virus corona pertama kali muncul di Wuhan, China. dan sampai pada saat ini sudah menyebar luas ke berbagai wilayah di penjuru dunia. Oleh sebab itu, tentu hal ini sangat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global dan lebih-lebih lagi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kita tahu bahwa, sebelum adanya corona atau Covid-19, pertumbuhan ekonomi Indonesia di beberapa tahun terakhir ini sudah mengalami keterlambatan. Belum lagi ditambah dengan sarangnya corona yang saat ini tengah mewabah di Indonesia, tentu sangat menghantam pertumbuhan ekonomi kita, karena semua aktivitas dibatasi dan tidak berjalan efektif seperti sebelumnya. Namun, tidak ada pilihan lain untuk memutus mata rantai penyebaran virus atau wabah penyakit ini, kecuali dengan cara melakukan pembatasan aktivitas, kendatipun harus berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, kita ketahui bersama bahwa pada tahun 2008 silam telah terjadi keterlambatan pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan oleh tidakseimbangnya sektor keuangan dan sektor produksi. Namun ekonomi Indonesia masih dapat bertahan dan merangkak naik pada angka 6% atau turun menjadi 1,4%. Jika kita menganalisa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 ini, maka lebih buruk pertumbuhan ekonomi saat ini. Mengapa demikian? Karena pada saat itu, sebagian masyarakat di daerah masih tetap beraktivitas normal, industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga masih dapat beroperasi secara normal.
Tentu situasi pertumbuhan ekonomi ditengah pandemi Covid-19 ini sangat berbeda, karena Covid-19 menghantam hingga ke sektor ekonomi masyarakat bawah. Dan yang sangat terpukul adalah sektor kegiatan industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hal ini tentu menjadi kerugian besar karena akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Sebab, aktivitas tidak dapat beroperasional secara normal sehingga mengakibatkan sebagian karyawan harus di-PHK, dan membuat mereka secara terpaksa harus kehilangan pekerjaannya.
Selain UMKM, dari data yang didapat industri pariwisata dan perhotelan juga mengalami kerugian yang sangat signifikan, yang mencapai US$ 1,5 Milyar atau setara dengan Rp 21 Triliun. Kerugian ini dihitung dan diperkirakan dari para wisatawan China yang biasanya menghabiskan US$ 1.100 dalam satu kali perjalanan ke Indonesia. (sumber: detik.com).
Hal ini tentu, membawa dampak besar terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dilansir dari CNN Indonesia, Menteri Keuangan Republik Indonesia, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan berkisar antara 2,3%, bahkan dalam situasi terburuk ekonomi Indonesia bisa surut menurun hingga minus 0,4%.
Awalnya, telah diprediksikan bahwa, ekonomi Indonesia akan naik, namun dengan adanya Covid-19 dapat menghancurkan semua harapan yang ada. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena menurunnya angka konsumsi pembelanjaan rumah tangga yang hanya berkisar di angka 3,2% bahkan 1.2%. Bukan hanya itu, dilain sisi jumlah investasi juga mengalami kemorosotan. Belum lagi ditambah dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah menuju angka 20.000 per dolar AS. Hal ini tentu menjadi kerugian besar bagi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia, karena setiap kegiatan di sektor ekonomi telah dilumpuhkan dengan hadirnya virus corona atau Covid-19 ini. Lantas apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menangani masalah pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah mewabahnya pandemi virus Covid-19?
Dikutip dari voaindonesia.com, Menkeu RI, Sri Mulyani mengatakan bahwa berbagai kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk penanganan masalah Covid-19, diantaranya adalah dengsn pemberian stimulus kepada masyarakat yang terdampak. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Yang telah ditandatangani Presiden Joko Widodo. Dalam Perppu ini, salah satu stimulusnya adalah jaring pengaman sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak mampu (Telekonferensi di Jakarta, Rabu, 1/4/2020).
Lalu bagaimana kebijakan pemerintah untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi pasca Covid-19? Tentu, hal ini tidak mudah yang dibayangkan, semua membutuhkan proses.
Seperti yang dilansir dari suara.com, mantan Menteri Koordinator Perekonomian, sekaligus pakar ekonom, Rizal Ramli. dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang bertajuk Corona: Pro and Kontra Lockdown yang tayang di TvOne pada tanggal (17/03/2020), memberi pernyataan bahwa ekonomi Indonesia tanpa virus coronapun akan anjlok karena hutang negara yang begitu banyak. Iapun mengibaratkan ekonomi Indonesia saat ini seperti para petinju yang kena pukul. Atas dasar itu, ia pun mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dipenghujung tahun 2020 hanya akan tumbuh dikisaran angka 2 %. Ia lalu memberikan masukan agar ekonomi Indonesia tidak semakin terpuruk karena dampak Covid-19. Salah satunya adalah dengan menghentikan proyek infrastruktur besar. Iapun kemudian menambahkan bahwa saat ini adalah waktunya untuk menyetop semua proyek-proyek infrastruktur yang besar. Menurutnya langkah ini pernah dilakukan saat krisis ekonomi pada tahun 1998. Anggaran untuk proyek besar kemudian dialihkan untuk sektor yang lebih membutuhkan.
Namun, untuk saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk saling mencela dan menyalahkan. Akan tetapi marilah kita bersatu untuk melawan wabah penyakit virus corona yang hingga saat ini masih tengah mewabah, semoga cepat berakhir, dan kemudian memikirkan cara untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi negara kita.
Untuk itu, marilah kita saling membantu meringankan beban mereka yang berada di garda terdepan untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini. Mengingat, hingga saat ini jumlah kasus corona di Indonesia sudah mencapai 12.438 positif, 895 meninggal dunia, dan 2.317 pasien sembuh. Tentu kita sabagai masyarakat biasa juga bisa menjadi pahlawan bagi mereka yang berada di garis terdepan, dengan tetap dirumah saja untuk meringankan beban mereka yang saat ini tengah berjuang menghabiskan waktu, keringat, bahkan nyawa demi menyelamatkan kita, negara kita, bahkan dunia dari ancaman virus ini. (*)