Oleh. Dr.Hb.IDRUS AL-HAMID.
Suara Minor Poros INTIM
Di saat bumi penuh fenomena “Kegalauan Identitas” saat yang sama, banyak komunitas yang hilang identitas budaya leluhur bangsa. Mereka selalu bermuka masam kepada yang lain, tapi munafik saat berada di tengah kaum “Demagog”. Bagi mereka atasan hanya Pajangan. Jadi mudah dibohongi dengan hayalan dalam retorika “Eklusifme Rasis”.
Dahulu, leluhur pendiri bangsa saat mengatakan “Bersatu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa” maka dengan tegas tindakan mereka melahirkan anak negeri yang kokoh dalam pendirian tanpa sekat budaya dan agama. kepekaan intelektual mereka menembus “Pelataran Nurani Ibu Pertiwi” tanpa bisa dipengaruhi oleh tikus peradaban yang masif menggerogoti tapak-tapak anak negeri yang mulia.
Saat ini, kepekaan intelektual berada dalam suasana “Determinasi Ketakutan di mutasi” atau ketakutan hilangnya harga diri dalam “Pranata Sosial”. Kebenaran oleh mereka dipersepsikan sebagai alat untuk menyenangkan yang lain, tapi esensinya menyembunyikan tipu daya muslihat mempertahankan eksistensi komunal. Karena di depan berkata iya, di belakang berbalik menusuk raga tanpa belas kasihan sesama .
Untuk itu, kita mulailah mengasah “Kepekaan Intelektual” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena sesungguhnya “Realita belum tentu adalah cita-cita”. Karena cita-cita pendiri bangsa tercantum dalam Muqaddimah UUD 1945. Kita adalah INDONESIA RAYA bukan INDO-MIE instan yang berperilaku untung mau rugi lari. Semoga tulisan di atas dapat memantik hati nurani kita untuk NKRI jaya. (*)
Jayapura, Senin 11 Januari 2021
By. Si Hitam Manis Pelipur Lara untuk Negeri KU INDONESIA RAYA, yang cinta KU menembus dada