(Jum’at yang Agung) dalam syair
Si Hitam Manis Pelipur Lara Menguntai Jiwa agar tidak terpenjara.
Yaaa Mustafa Yaaa Abaa Qosiim: Memandang Mu, mendatangkan rahmad Allah, Senyum Mu, melapangkan dada. Lantunan suaramu menyejukkan hati dalam belah jiwa tak terbilang rasa. Engkau hadir karena Ilahi menjadikan Engkau Rahmatan Lil ‘Alamiin. Ummat Mu, dikenang sangat pemurah dan pemaaf, kesabaran mereka terilhami dari tapak jiwa Mu saat deretan lantunan do’ a yang selalu Engkau ungkapkan,,,,, Yaaa Abaa Ibrahim Yaaa Rasulullah.
Setiap kita merindukan kelapangan, setiap kita menginginkan kebahagiaan. Untuk itu jangan berada di tepi jalan angkara murka, untuk itu jangan bergelindang dalam himpitan jalan merenggut jiwa dalam prasangka bertabur fitanh. Jika engkau renungi, hadirnya kita ke dunia tanpa melekat perhiasan dunia yang hanya sementara maka terpercik rasa bahwa rahmat Allah yang mana yang kita dustakan.
Untaian kalimat dalam syair tersebut di atas, harus dipahami bahwa kita adalah bahagian dari rencana Allah untuk memakmurkan dunia bersama, bukan saling memfitnah dan menyandera. Jangan menaburkan “diri Mu” dengan hak-hak Allah, karena yang berhak marah, benci dan menjamin kelapangan jiwa hanya “ya Rahman dan yaa Karim” yang menciptakan langit, bumi beserta isinya hanya Allah karim.
Saudara-saudara Ku,
Dunia ini adalah pusat perniagaan menuju negeri Akhirat yang kekal abadi tak ada buruk dalam sangkaan. Dunia adalah derai hembusan udara dalam hamparan setiap jiwa, untuk itu jika kita renungi betapa mahalnya udara yang kita hirup tanpa pajak dan ketentuan lainnya. Hanya keutamaan mereka yang mengenakan baju taqwa dalam tegaknya sholat dan kesabaran serta da’wah Rahmatan Lil ‘Alamiin tanpa ujaran kebencian sesama.
Semoga tulisan tersebut di atas mampu memantik setiap jiwa agar bersatu menjaga keutuhan. “BANGSA DAN NEGARA”, karena kehadiran kita bertalian pada janji Leluhur dalam sumpah “PEMUDA”.
Jayapura, 17/06/2022
By. Prof. IDRUS ALHAMID.
Di Papua kota Jayapura pasak INDONESIA RAYA NKRI untuk selamanya.