Sosial Budaya

” RENUNGAN KAUM JELATA”

Prof.IDRUS ALHAMID

SUARA MINOR CENDIKYA POROS INTIM

Bagas, adalah sosok yang sangat periang, selalu mengasah diri dengam ilmu agama bertabur budaya, setiap majelis Sholawat Bagas tak pernah ketinggalan. Bagas, selalu tampil di berbagai acara melantunkan Sholawat dengan suara merdu membuat yang mendengarkan merasa terpenjara dalam lamunan meneteskan air mata. Di sebuah desa yang disebut “Kampung Kemuning” tempat dimana Bagas tumbuh dalam tradisi berbalut agama (bc.Subuh ngaji, Dhuhur berlatih sholawat, Ashar mendengar tausiyah KH. Zainuddin MZ dari Toa Masjid Latahzan saat magrib azan dikumandangkan merenungi hidup pas-pasan dan saat menjelang isya, berjamaah melantunkan Ratib Al-Haddat ). Indahnya suasana di Kampung Kemuning.

Saat Bagas dinyatakan lulus Madrasah Aliyah Darul Majnun, di senja hari Bagas bersimpuh di atas sajadah, dalam lamunan hendak kemana nasib melangkah. Bagas memghampiri bunda tercinta memohon restu untuk merantau dalam napak tilas nasib tak tau kemana, dengan berlinang air mata bunda berkata ” Bagas jika niat adalah pintu merubah peristiwa maka nasihat bunda, jadikanlah Sholat dan Sabar sebagai perisai hidup dimanapun engkau berada. Anak ku” jangan pernah engkau mengumbar amarah jika ada yang bersalah dan jangan engkau menoreh derita jika ada yang “Trisno karo koe”, karena hidup tak ada manfaat jika engkau tidak bermanfaat terhadap orang lain. Bagas menghampiri bunda sembari memeluk merasa senang dan bangga terhadap bunda tercinta.

Bagas mengundi nasib di Kota “Menara Baja” yakni ibu kota Negara Sang Jaya. Tiba di terminal  Bagas bermodal ke-trampil-an bela diri (Silat) dan mengendarai Mobil serta montir mobil karena di didik Ayahanda tercinta. Setiba Bagas menyusuri jalan di kota dengan pemandangan yang menggetarkan rasa takjub gemerlapnya Metropolitan. Tiba lah Bagas di Pasar Modern (Mall) dengan kondisi sangat capek di laman parkiran Mall Bagas mohon izin ke tukang parkir untuk rehat sejenak sambil merenungi kemana kaki melangkah.

Di saat pulas tertidur dibawah pohon rindang di pojok parkiran terdengar ada riak sosok wanita dengan usia kisaran 31 tahun mobilnya bermasalah (mogok). Bagas dibangunkan oleh tukang parkir untuk bantu mendorong mobil Emba. Wulan Mentari, Bagas dalam keadaan lemas bersama tukang parkir menghampiri Emba. Wulan seraya menawarkan Jasa untuk mendorong mobil, tapi Bagas mencoba memperbaiki mobil dengan bakat montir Bagas mampu membuat mobil hidup tanpa harus di dorong.

Mba Wulan menawarkan Bagas agar ikut bersamanya karena khawatir jika di perjalanan mobilnya mogok lagi. Bagas mengambil barang dan berkemas untuk membantu mengantar Mba Wulan ke Kantornya. Dalam perjalanan Bagas menyetir sambil mendengar instruksi dari Mba Wulan yang ternyata Komisaris PT.Tambang Batu Bara Wijaya. Mba Wulan menawarkan Bagas untuk kerja di perusahannya, setelah mendengar kisah dan pengalaman yang dimiliki oleh Bagas.

Mba Wulan, mengangkat Bagas sebagai Supir sekaligus ajudannya  dengan senang hati Bagas menyanggupinya. Mba Wulan memperkenalkan Bagas ke Ayahandanya {Konisaris Utama}, ayahnya menyetujui dengan syarat Bagas menempati bilik dibelakang Garasi Mobil. Berselang waktu 6 bulan berlalu, Bagas sudah seperti keluarga. Suatu malam tepatnya jam 12.30 Bagas mendengar ada suara orang minta pertolongan dengan kemampuan kanuraga yang dimilikinya Bagas mendatangi titik suara. Ternyata 4 kawanan perampok menyekap Mba Wulan dan Ayahnya di ruang makan keluarga. Dengan sikap tenang Bagas mengatur siasat jebakan, sehingga Bagas mampu melumpuhkan 4 kawanan penjahat.

Kejadian tersebut membuat Ayah dan Mba Wulan semakin mempercayai Bagas untuk tinggal di kopel bekas tempat tinggal Ombo, Supiem. Suatu ketika Bagas di sore hari sedang mengasah ilmu kanuraga diperintah mengantar Mba Wulan dan ayah ke acara keluarga, Bagas diminta berpenampilan Rapih, saat tiba di acara sebagaimana biasanya Ayah Wulan, meminta Bagas untuk makan sebagaimana tamu lainnya, di saat yang sama relasi kerja Mba Wulan mengajak Bagas ngobrol sambil makan di dampingi oleh anak perempuannya Dewi. Dari kejauhan Mba Wulan datang menghampiri Bagas agar segera ikut bersamanya, tertelan api cemburu.

Ayah Wulan yang berada tidak jauh dari posisi Bagas melihat pemandangan tidak biasanya dilakukan oleh anaknya. Setiba di rumah saat Wulan masuk ke kamarnya ayahnya memanggil Bagas sembari mengintrogasi asal-usul. Ayah Wulan sangat senang karena Bagas adalah sosok yang tidak pernah tinggalkan Sholat 5 waktu, bertanggung jawab dalam tugas dan selalu ramah dalam tuturkata. Berselang waktu, Mba Wulan keluar dari Kamar dan meminta Bagas bersiap untuk mengantarnya ke kantor, setiba di kantor Bagas bercengkrama dengan para Satpam dan OB. Mereka sambil guyonan mengatakan ke Bagas kayanya Bos.Wulan Naksir tuh sama Kamu, Bagas dengan spontan terucap Astagfirullah kalian itu mimpi yaaa, Saya itu orang deso tidak mungkin punya pacar secantik dan secerdas Mba Wulan. Tidak di sadari di balik pembatas ruangan Mba Wulan sedang menikmati percakapan mereka.

Mba Wulan muncul ditengah hiruk pikuk canda tawa mereka, memanggil Bagas untuk keluar bersamanya. Dalam perjalanan Bagas terdiam karena melihat Bos.nya kelihatan gelisa, sesekali menanyakan mau kemana kita Bos. Mba Wulan spontan minta ke Restoran di Pantai Seringgu,  setibanya di Pantai Mba Wulan menghampiri Beutik pakaian untuk beli kemeja buat Bagas dan menyuruh Bagas menggannti bajunya agar temani Mba Wulan makan di Pantai Seringgu. Bagas dalam kepolosannya, selalu siap melaksanakan perintah dari Mba Wulan.

Mba Wulan memulai pembicaraan dengan meminta pendapa Bagas, karena beberapa saat yang lalu Ayahnya berharap dia harus mencari pasangan hidup karena usia sudah 32 tahun ayahnya tidak ingin Wulan selalu hidup dalam kesendirian. Bagas sampaikan bahwa di usia saat ini memang Bos harus punya pendamping hidup agar tidak ada fitnah, Wulan sembari memotong pembicaraan Bagas dengan mengatakan ayahnya ingin Calon suaminya bertanggung jawab dan mampu melindungi aku dimanapun berada serta sholat 5 waktu bingun aku Bagas sembari berdiri memandang riak gelombang di tepi pantai.

Mba Wulan dan Bagas kembali, kerumah karena waktu sudah karut. Saat malam tiba Wulan bersama Ayahnya duduk diruang keluarga sambil diskusi sosok calon suami, Ombo.Piem yang hadir mengantarkan minuman celetus omong, Jeng Wulan,  kenapa tidak dengan Bagas aja kan Anaknya Sholeh dan bertanggung jawab. Wulan dengan senyum menyahuti Ombo, tadi di Kantor Bagas dan teman-teman kerjanya diskusi, Bagas menyatakan dia itu ndeso tidak mungkin ada yang mau dengannya. Wulan nanya ke Ayahnya Emangnya Orang kota tidak bisa berpadangan dengan Wong Ndeso yaaa, Ayahnya tersenyum sembari nengatakan Jodoh itu hanya Allah yang tahu, Ayah hanya do’akan agar Anak ku ketemu yang terbaik.

Beberapa saat, kantor Mba Wulan mulai berbenah karena memasuki bulan Ramadhan, Bagas saat bersama Mba Wulan menuju Rumah, dengan perasaan yang berat Bagas sampaikan jika Ramadhan dia akan kembali ke Kampung menemui ibunya. Mba Wulan sangat terkejut dan mengatakan agar Bagas sampaikan ke Ayah. Setiba di rumah Wulan bergegas masuk ke kamar  ayahnya melihat ada sesuatu yang tidak biasanya. Keesokan hari sambil menyantap sarapan pagi ayah Wulan menanyakan ada apa Nak..?,.. tanya aja Bagas Ayah, kan 2 bulan lagi bulan Ramadhan  Bagas mau kembali ke Kampung-nya terus Wulan harus sendiri lagi tidak ada yang nyetir. Ayah yang memahami perasaan anaknya, bertutur bagaimana kalau kita juga ke Kampung Bagas yaaa menikmati suasana Ramadhan di Kampung dengan gembira Wulan memanggil Bagas agar menghadap ayahnya.

Ayah Wulan menanyakan apa benar Bagas mau kembali untuk Ramadhan bersama Ibu di Kampung halaman, Bagas mangatakan iya karena Rumahnya ingin diselesaikan Pembangunannya. Ayah Wulan menyampaikan insya-Allah Wulan dan Ayah juga ikut ingin rasakan gimana Ramadhan di Kampung. Bagas antara senang dan khawatir mau tidur dimana Bosnya. Ayahnya Wulan menyampaikan  Agar Rumah Bagas di Bedah agar ada Kamat buat Wulan dan Ayahnya. Saat Ramadhan akan tiba Bagas, Wulan dan ayahnya bersiap On the Way ke Kampung. Setiba di Kampung Kemuning mereka di sambut sebagai tamu kehormatan.

Tak terasa hari berganti, Ayah Wulan memutuskan untuk merasakan  suasana lebaran di Kampung Kemuning. Wulan yang mulai akrab dengan Bagas sangat senang, Setelah lebaran hari kedua Ayah Wulan ketemu Kepala Kampung menyampaikan kenginan untuk membeli bidang tanah di Kampung kemuning untuk dibuatkan Vila buat sewaktu-waktu bisa rehat. Hari ketiga mereka siapkan diri untuk kembali ke Kota Menara baja. Setiba di rumah Wulan meminta bantuan Bagas agar temaninya ke Pasar. Ayah Wulan menyampaikan bahwa malam nanti keluarga akan kumpul buat acara kirim do’a kepada Ibunda Wulan yang telah meninggal 3 tahun yang lalu. Sekembali dari Pasar Bagas dipanggil sama Ayah wulan, bersamaan dengan itu Wulan di minta hadir bersama.

Ayah Wulan menyampaikan ke Wulan bahwa usiamu Nak, sudah memasuki 34 tahun saatnya kamu harus punya pasangan hidup, Ayah ingin dihari senja menyaksikan Anak Ku memiliki pasangan hidup. Ayah perhatikan beberapa saat yang lalu Wulan sering bepergian dengan Bagas agar jangan menjadi fitnah mau kah Bagas menjadi pendamping Anak ku Wulan. Saat bersamaan Bagas tersentak kaget, lemas sekujur tubuh karena tidak percaya bahwa sosok Deso bisa jadi Suami anak orang gedongan. Wulan yang sentak memeluk Ayahnya, dengan kalimat syahdu Wulan mangatakan apapun yang terbaik buat Ayah akan Ku lakukan. Ternyata Wulan sudah lama menyembunyikan rasa ingin memiliki Bagas Bagas pun demikian adanya.

Tepat lebaran ketupat, seluruh keluarga kumpul, setelah tahalilan kirim do’a ke Alm.Ibunda Wulan, Ayah Wulan menyampaika  kepada keluarga bahwa ingin berkehendak menikahkan  Wulan dengan Bagas awalnya keluarga kaget tak menduga, namun mereka sudah lama menilai Bagas anak yang baik dan bertanggung jawab maka mereka sangat setuju. Untuk mempercepat proses  Ayah Wulan meminta agar keluarga Bagas di jembut ke Kota. Rumah pojok utara disiapkan untuk Bagas, Ibunya dan keluarga yang datang dari Kampung.

Acara Pernikahan berlangsung sangat meriah, banyak tamu datang karena Penasaran ingin melihat Sosok Bagas yang posturnya bagaikan binaraga. Wulan terlihat sangat gembira karena di Usia 34 tahun mendapat sosok pendamping terpaut usia 7 tahun dengan-nya. Waktu berlalu tak terasa Wulan telah mengandung. Saat usia kelahiran dokter menyarankan agar dilakukan Operasi mengingat usia Wulan. Alhamdulillah mereka di karunia Anak Kembar. Ayah Wulan sangat senang dan ingin membesarkan Cucu bersama Wulan dan Bagas hinga akhir hayat-nya.

Kisah sebagaimana tersebut di atas, diharap dapat menginspirasi kita. Bahwa, kemuliaan bertumpuk pada, tanggung jawab dan kesolehan Sosial. Setiap orang pasti berpotensi untuk menjadi yang terbaik dan memiliki peluang untuk berprestasi.

Jayapura, 01/08/2022

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *