Oleh Dr.Hb.IDRUS AL-HAMID.S.Ag., M.Si
Suara Minor Poros INTIM :
Karl Marx menyatakan Proletar adalah masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Banyak stereotip yang memandang bahwa proletar hanya terbatas sebagai masyarakat kelas rendah. Jumlah kaum Proletar sangat banyak yang menggantungkan hidup pada kaum kapital yang telah menguasai kedaulatan yang bersifat majemuk.
Politik kaum Proletar saat Corona mengikuti irama kaum Demagog yang memiliki tameng dalam bentuk kekuasaan New Kapitalis saat mengekspresikan sikap dalam bayang-bayang kecemasan sosiodrama Politik Simbolis . Kaum Proletar tidak lagi berdaya dalam mengekspresikan gundah gulana mereka, saat mengekspresikan eksistensi nya sebagai pemilik kedaulatan karena tersandera dengan pautan prahara COVID-19 yang mendera setiap jiwa yang terpenjara oleh penetapan klaster baru dari wilayah metropolitan hingga komunal.
Kaum Proletar, saat ini semakin sensitif memandang kehidupan dalam Pranata Sosial (bc. Hidup segan mati tak mau). Jika Corona memiliki eksistensi ruang, maka mereka akan berbondong-bondong mendatangi nya, karena Corona telah menghancurkan sendi-sendi mikro ekonomi kaum Proletar. Untuk itu, jika dilihat fenomena terkini Corona telah melahirkan penyakit Shicologi Ambigu yang menjadikan mereka Shock menghadapi problem kehidupan multiefek.
Suasana sebagaimana di rasakan saat ini, telah membentuk Model Politik Kaum New-Proletar yang menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kehidupan yang secara masif berdampak ke seluruh sendi kehidupan saat ini. Model Politik Kaum Proletar ini yang menghiasai gaya hidup baru dengan pembiasaan yang tidak terbiasa. Untuk itu saatnya kita merekonstruksi kembali Pranata Sosial Model Indonesia Raya yakni “Bersatu padu gotong royong, mewujudkan NKRI yang kuat dan hebat”.
Jayapura, 8 Oktober 2020
By. Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara selalu untuk selamanya.