Oleh HB. IDRUS AL-HAMID, SUARA MINOR CENDEKIAWAN POROS INTIM
Sedari dahulu kala, di jaman Babilonia, para pembesar dan kaum bangsawan selalu berusaha menjaga integritas dalam altar-altar kemewahan yang dianggap abadi, sehingga karena itu, kaum intelektual selalu terpenjara oleh kubangan simbolis yang mengharuskan mereka mengikuti irama yang bertentangan dengan jiwa dan hati nurani.
Runtuhnya Kerajaan Babilonia sesungguhnya terletak pada para pemimpinnya yang arogan. Mereka lebih senang berpesta dan mempercayai kekuatan balatentara serta pertahanan yang kokoh. Jika didalami sesungguhnya akibat dari congkaknya penguasa dan kaum bangsawan mengakibatkan terjadi perubahan ‘peradaban’, yang untuk itu kaum intelektual sibuk menghitung benefit dalam aroma sahwa sangka sesama.
Jaman berganti peradaban hingga abad 21, saat ini. Dimana kita diperhadapkan dengan suasana yang memantik setiap orang untuk percaya bahwa yang benar adalah mereka yang memiliki kekuasaan, Meskipun terlihat kaum Puritan menjerit kelaparan dimana-mana, sementara sikap apatisme selalu ditampilkan oleh kaum intelektual yang terpenjara oleh bayang-bayang kalkulator ‘Pundi Dinar’. Jangan heran jika ada yang bicara lantang dianggap ‘radikalis’ sementara yang diam seribu bahasa dianggap ‘Munafik’. Suasana yang memenjarakan integritas keilmuan tanpa belaskasih sesama, malah yang satu menusuk lainnya (Nauzubillahi Summa Nauzubillah).
Tulisan sebagaimana tersebut di atas, ingin mengorek akal budi kita agar kembali mempelajari integritas leluhur pendiri bangsa di nusantara, mereka selalu bersama mempertahankan integritas Bangsa dan Negara Indonesia Raya dari tipu muslihat kaum kapitalis ‘Naga Merah’ yang menukik dalam pelataran setiap sumber daya alam di nusantara zamrud khatulistiwa. Waspadalah, Waspadalah, Waspadalah.
Jayapura, (14/02/2021).
By ‘Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara’. Jangan kita terpenjara dengan irama Kaum Kapitalis Naga Merah
