Oleh. Dr.Hb.IDRUS ALHAMID.
Suara Minor Poros Intim.
Jika di Renungi, kehidupan adalah siklus jagad raya yang Allah tetapkan dengan hukum kausalitas yang rasa-rasanya banyak yang lalai memahami apa yang Allah inginkan dalam konsep awal yakni Memakmurkan Bumi. Jika Manusia memahami pasti bumi akan memancarkan Cahaya Ilahiah tanpa kecemasan seperti saat ini dirasakan dimana-mana.
Saat di telusuri, sejarah manusia terdahulu selalu mengetengahkan kelompok “Ahli Hikmah” dan “Ahli Hikayat”. Kelompok Ahli Hikmah dalam pertapaan mengedepankan pengelolaan “rasa kausalitas kehidupan” yang bermanfaat buat banyak orang sehingga untuk itu “Bumi” miliki keseimbangan yang sempurna (bc.Kisah Prabu Siliwangi). Kaum ahli hikayat, menampilkan cerita masa lalu, dalam bingkai hayalan “Mitodologi” yang mengkonstruksikan kehidupan seperti Cerita khayangan dalam balutan materialistis tanpa kasih sayang sesama hingga melahirkan pertarungan dimana-mana seperti kisah kaum proletarian dan kaum borjuis yang hingga saat ini masih menghiasi “Hikayat” masa ke masa, yang oleh “Karl Marx” di sebut sistem yang di adopsi oleh kapitalisme modern.
Kehidupan tanpa rasa (mati rasa), akan menghancurkan keseimbangan alam raga. Kehidupan tanpa rasa, akan menghilangkan jiwa nasionalisme kebangsaan, yang untuk itu kita seharusnya melakukan ritual yang melahirkan spiritual kosmos kausalitas kehidupan masa lalu hingga saat ini. Jika dahulu kala leluhur kita menegaskan “SATU NUSA, SATU BANGSA Dan SATU BAHASA INDONESIA RAYA” memiliki artikulasi Perbedaan bukan masalah.
Kenapa saat ini terlihat kebanyakan diantara kita “raga nya terpenjara” dalam cengkraman “kapitalisme hayalan”. Apakah itu yang dinamakan “mati rasa” ataukah rasa ingin berkuasa, sehingga harus melontarkan kalimat hujatan dan cemoohan dimana mana. Jika rasanya semua saling menyalahkan, makan di pastikan yang menang jadi arang dan yang kalah jadi abu. Untuk itu jangan kita biarkan raga terpenjara oleh “Nafsu Angkara” demi kejayaan NKRI tercinta.
By. Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara. Rasa itu nyata untuk itu kita selalu cerita tentang Nusantara jamrud khatulistiwa_.