Studi Agama

“KEBAJIKAN SEMPURNA”

Oleh:

Dr. H. Marwan Sileuw, S. Ag., M. Pd

(Rektor IAIN Fattahul Muluk Papua)

Kamis, 14 Maret 2024

Di dalam kehidupan kita, sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa segala hal telah dilakukan.  Baik dalam bentuk perintah Allah subhanahu wata’ala tidak pernah kita lewatkan seperti shalat, puasa, zikir, doa, solawat, membaca Al-qur’an, silaturrahmi, sedekah, zakat dan lainnya. Juga segala larangan pun kita selalu lewatkan atau tinggalkannya seperti mabuk, mencuri, berdusta korupsi dan larangan-larangan lainnya. Sehingga apa yang kita lakukan, dapat dihargai sebagai makhluk yang taat, makhluk yang alim, makhluk yang mulia dan bahkan disebut sebagai makhluk yang sempurna.

Di dalam Al-qur’an, Allah subhanahu wata’ala begitu banyak menyebutkan tentang keistimewaan daripada sebuah infak/sedekah. Misalnya Allah subhanahu wata’ala menyebutkan bahwa orang mati memohon kepada Allah subhanahu wata’ala jika ditunda kematiannya, maka akan bersedekah, lihat Q.S Al-Munafiqun ayat 10, juga Allah subhanahu wata’ala menyebutkan sebagai ciri-ciri orang bertakwa, lihat Q.S Ali Imran ayat 133-134. Juga Allah subhanahu wata’ala melipatgandakan ganjaran dan pahala yang banyak-lihat Q.S Al-Hadid ayat 18, dan lain sebagainya.

Yang sangat dahsyat dari semua keistimewaan yang disebutkan adalah Allah subhanahu wata’ala menyebutkan sebagai kebajikan yang sempurna, lihat Q.S Ali Imran ayat . Jadi apa pun yang kita kerjakan dalam kehidupan kita, tidaklah dihitung, dicatat atau dihargai atau pun dianggap oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai suatu kebajikan yang sempurna. Seperti salat telah dikerjakan, puasa baik fardu maupun puasa sunnah telah dikerjakan, zikirnya rutin dan banyak jumlah, doanya panjang-panjang, Al-qur’annya khatam seminggu atau sebulan sekali dan seterusnya. 

Semua bentuk ibadah sebagaimana disebutkan di atas merupakan kebajikan bagi seseorang yang sangat luar biasa. Luar biasanya ini tentu menurut pandangan kita sebagai manusia. Yang tentu saja, mengakui dan memuji orang yang melakukannya. Bahkan pengakuan kita bahwa orang tersebut sebagai manusia soleh, ahli takwa atau ahli ibadah. Manusia  seperti inilah yang sangat kita harapkan atau dambakan.  

Pengakuan kita  atau pujian kita terhadap kebajikan seseorang sebagaimana disampaikan di atas tidak dapat dipungkirinya. Jangankan manusia yang memujinnya, Allah subahanahu wata’ala pun sebagai Sang Khalik lebih pantas memuji kebajikan dari sang hamba-Nya. Namun demikian, menurut hemat saya bahwa kebajikan-kebajikan yang dikerjakan seseorang itu Allah subhanahu wat’ala sangat memujinya, menghargainya, bahkan memberikan ganjaran pahala yang banyak kepadanya. Hanya saja kebajikan-kebajikan yang dikerjakan seseorang tersebut belum sampailah kepada puncak kebajikan sempurna, itulah sebabnya.

Oleh karena itu, untuk seseorang mencapai puncak kebajikan sempurna itu membutuhkan persyaratan. Persyaratan tersebut tidak ditentukan oleh kita manusia, malaikat  atau makhluk apa pun. Persyaratnya sudah ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala. Bentuk persyaratan tersebut  adalah Allah subhanahu wata’ala mengajak kita untuk “nafkahkan rezeki yang kita cintainya”.

Persoalan rezki yang kita cintai adalah persoalan rumit yang terjadi dalam kehidupan kita. Rumit di sini tidak dimaknai karena sulit dicarinya, dijual, dijaganya, dibawa, diurus, dan lain sebagainya. Rumit yang dimaksudkan adalah karena berat hati untuk dialihtangankan atau diberikan kepada orang lain. Mungkin karena barang bagus, besar, masih baru, mewah, banyak jumlahnya dan sebagainya.

Di sisi lain, Allah subhanahu wata’la menggunakan kata cinta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cinta bermakna suka sekali, senang sekali, ingin sekali, berharap sekali.

Di dalam Al-Qur’an, sering kali istilah cinta disebut dengan kata Al-Hubb (الحب) yang berasal dari akar kata ahabba-yuhibbu-mahabbatan أَحَبَّ – يُحِبُّ –مَحَبَّةً. Kata tersebut setidaknya memiliki arti suka, cinta, senang, mencintai secara mendalam, atau bahkan perasaan enggan kehilangan apa yang disukainya. Bisa juga, Hubb diartikan dengan cinta yang memiliki ketertarikan yang kuat terhadap sesuatu.

Secara istilah, misalnya Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta adalah buah pengetahuan (ma’rifat). Pengetahuan juga sangat menentukan kuat dan lemahnya cinta sesuai dengan kuat dan lemahnya pengetahuan. Hasan al-Bashri juga mengatakan bahwa siapa yang mengetahui Tuhannya pasti mencintai-Nya. Ahli Psikologi Abraham Maslow mengatakan bahwa cinta adalah proses pemenuhan diri yang dapat mengantarkan manusia pada berbagai tindakan kreatif dan produktif.

Apa pun makna cinta yang didefinisikan, secara sederhana saya maknai bahwa cinta itu sebagai rasa kencerungan kuat memiliki sesuatu. Kecenderungan ini tidak dapat dipisahkan atau dilepaskan dari diri seseorang karena saking terlalu senang atau sukanya. Dalam kontesk berinfak atau bersedekah baik di masjid, di musolla, di madrasah atau lainnya, maka dompet berisi uang 1000, uang Rp 2000, Rp 5000, uang Rp. 10.000, uang Rp 20.000, uang Rp 50.000, dan uang 100.000. kebanyak dipilih untuk bersedekah atau berinfak adalah uang 10.000 atau 5000, bahkan Rp 1000 atau Rp 2000. Sementara uang yang Rp 20.000, uang Rp 50.000 dan bahkan uang Rp. 100.000 lebih dicintai dan tidak dikeluarkannya dari dompetnya. Akan dikeluarkannya jika untuk kepentingan pribadi makan, minum, merokok atau jajanan untuk dirinya. Sehingga nampak di mana-mana kotak amal itu isinya dominan uang recehan.

Olehnya itu, karena akibat ketidak tahuan, atau kurang pengetahuan sehingga mencintai sesuatu lebih kuat daripada mencintai yang mempunyai hakikinya cinta. Padahal sesungguhnya diperintahkan untuk berinfak/bersedakah adalah untuk kepentingan diri-sendiri bukan untuk kepentingan yang perintahkan. Intinya karena, dahsyatnya cinta itu, sehingga Allah suhbanahu wata’ala mempersyaratkan bahwa sekali-kali tidak sampai pada kebajikan sempurna kalau belum menginfakkan/mensedekahkan harta yang dicintainya kepada Allah subhanahu wata’ala.  *Taburkan kebaikan kapan dan dimana pun kita berada, walaupun hanya sekejap dalam pikiran, ucapan dan perbuatan”. (*)         

Spread the love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *