Prof. IDRUS ALHAMID
Suara Minor Cendekia
Pros INTIM.
Pancasila sebagai Idiologi bernegara yang lahir atas perenungan “Leluhur Pendiri Bangsa” melalui tahapan kontestasi sejarah masa lalu yang bergelindang antara budaya dan agama hingga jadi Nusantara zamrud KHATULISTIWA yang harus dijaga dari kolonialisme “Naga Genit”. Coba kita sadari bahwa Ketuhanan yang Maha Esa pada sila Pertama adalah manifestasi dari pengakuan keberadaan “Tuhan” yang semua kita percaya dan meyakini atas berkat rahmad Allah . Maka agama harus dipahami “fitrah” dan agama itu jalan menuju “Hidayah” karena jika Tuhan menghendaki semua berada dalam satu irama apa yang susah baginya itulah hebat dasar negara kita.
Setidaknya saat ini kita Introspeksi setiap diri kita untuk, memahami dan menghayati bahwa lahirnya “PANCASILA” merupakan komitmen bahwa bernegara harus menegaskan kita adalah masyarakat berketuhanan, berkeadilan, bersatu dalam budaya bersendikan agama dalam khebinnekaan suku, agama, ras dan antar golongan itu kehendak Allah agar kita saling kenal mengenal antar satu dengan lainnya.
Manifestasi dari sikap Pancasilais seharusnya kita tunjukkan tanpa harus menyalahkan yang lain, kita harus sadari bahwa demi kesatuan Bangsa kita harus “Lugas” dalam bertutur kata, jika menegur dengan kalimat Hikmah, jika berdiskusi dengan kalimat santun dan harus punya cita-cita dan harapan Nusantara milik bersama. Untuk itu kita harus jaga kesatuan “Bangsa” dimanapun Engkau berada.
Saudara-saudara Ku:
Dalam berbangsa dan bernegara Pancasila dirasakan sakti, karena mempersatukan kemajemukan Bangsa Indonesia Raya. Untuk itu kita dalam merasa keprihatinan menyelesaikan masalah dengan keikhlasan demi kesatuan bangsa dan negara Indonesia Raya. Jangan pernah “Menari dengan suara gendang” Kaum Jahiliyyah modern.
Jayapura, 30 september 2022
By. Si Hitam Manis Pelipur Lara di Timur Nusantara mengajak kita merenungi di hari Kesaktian Pancasila.
