Oleh. Prof. Dr. Hb. IDRUS ALHAMID, S.Ag, M.Si
Suara Hati Cendekia Poros INTIM.
Saat Musa berhadapan dengan Fir’aun, beliau menjadikan Allah sebagai sandaran, sehingga Allah berikan bimbingan dan bantuan. Musapun mengalahkan Pasukan Fir’aun. Namun Nabi Musa tidak sabar dalam menuntut Ilmu Hikmah dari Nabi Khidir, untuk itu kita diajari agar sabar saat menuntut Ilmu Hikmah tanpa harus banyak bertanya.
Nabi Isa, AS, memiliki Murid yang taat dan tawadhu, namun ada diantara murid yg berkhianat yakni Yudas, karena diiming-iming 30 Dinar {bc. Atau kurang lebih 30 Milyar}, Yudas membocorkan tempat persembunyian Nabi. Isa, yang pada akhirnya Yudas dihina dan dibantai. Hal ini memberikan gambaran kepada kita, sesungguhnya mereka yang berkhianat pada akhirnya “HINA” dan dijauhi banyak orang. Ia akan dihimpit jiwanya, disesakkan dadanya yang pada akhirnya punya banyak lawan sedikit kawan. Waspada laah, Waspada laaah.
Nabi Muhammad, SAW. Saat dihujat dan dilukai jasadnya oleh Kaum Thoif, maka malaikat mohonkan izin kepada Rasulullah agar gunung akan ditimpakan ke Kaum Thoif, namun Rasulullah memilih mendo’akan bangsa Thoif menjadi Islam dan menjadi orang yang konsistensi dalam keimanan.
Pelajaran ini yang diberikan oleh Rasulullah SAW agar kita ummatnya selalu memberikan yang terbaik kepada setiap orang meskipun jiwa dan raga kita terpenjara. Sifat ma’ani yang ada pada Rasullullah memposisikan beliau sebagai representasi sifat Allah dalam melakukan aktifitas yang untuk itu dapat membedakan manusia dengan makhluk ciptaan lain-NYA. Itulah sifat yang hingga kini diamalkan oleh para Auliya hingga akhir zaman nanti.
Saudara-saudara KU : Tulisan sebagaimana tersebut di atas, jika direnungi memberikan i’tibar masa lalu kepada kita agar menghadapi fenomena Zaman ini dengan jiwa yang Kamil tanpa harus saling menghujat, berkhianat dan atau menyeru permusuhan sesama yang pada akhirnya “HINA”.
Jayapura, 23/01/2021
By. Si Hitam Manis Pelipur Lara, mengajak kita merubah cara saat berbicara